At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an #26
Perintah untuk bertawadhu’
Seorang guru itu tidak boleh merasa lebih mulia kepada muridnya dan seorang guru harus tawadhu’ kepada muridnya. Bahkan Rasulullah saja diperintah oleh Allah SWT untuk tawadhu’, seperti firman Allah SWT dalam QS. Asy-Syu'ara' ayat 215 yang artinya:
“Dan rendahkanlah dirimu (Muhammad) terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”. (QS. Asy-Syu’ara’: 215).
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa tawadhu’ maka Allah SWT akan mengangkat dia satu derajat sampai dia menjadi berada pada paling atasanya diantara yang paling atas. Dan barang siapa yang sombong maka Allah SWT akan menjatuhkan dia satu derajat sampai dia menjadi berada pada paling rendahnya diantara yang paling rendah.”
Banyak perintah untuk tawadhu’ kepada semua orang, kita pun juga dianjurkan untuk tawadhu’ kepada mereka yang menuntut ilmu-ilmu Al-Qur’an, sebab Allah SWT sangat mengagungkan orang yang belajar Al-Qur’an.
Rasulullah SAW bersabda: “Haluslah kamu terhadap orang yang kamu ajari dan kepada orang yang kamu belajar kepadanya.”
Diriwayatkan dari Abu Ayub As-Sakhtiyani, beliau berkata: “Seyogyanya orang yang alim atau berilmu itu meletakkan debu diatas kepalanya sebagai bentuk tawadhu’ kepada Allah SWT.”
Dan seyogyanya seorang guru itu mengajarkan adab kepada muridnya secara bertahap agar mempunyai watak-watak yang di ridhoi oleh Allah SWT, kemudian melatih nafsu atau jiwa muridnya dengan hal-hal yang lembut, membiasakan murid untuk selalu menjaga amaliyahnya yang baik dengan dzohir maupun batin, dan mendorong murid untuk senantiasa ikhlas, jujur, serta memiliki niat yang baik.
Rasulullah SAW bersabda: “Tetapilah sifat jujur, karena jujur itu mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan kepada akhirat. Dan jauhi sifat bohong, karena bohong mengantarkan kepada kedurjaan dan kedurjanaan mengantarkan kepada neraka.”
Untuk penjelasan lebih lengkapnya dapat dilihat di channel youtube PPSQ Asy-Syadzili 1.