At-Tibyan #34 | Adab Muta’allim Bersama Mu’allim

  • By Sinwan
  • Kuliah Abuya
  • 1 year ago

At-Tibyan fii Adabi Hamalatil Qur’an #34

Adab muta’allim bersama mu’allim

 

Banyak adab-adab yang harus dipelajari oleh seorang muta’allim, namun diantara adab-adab tersebut yang terpenting bagi seorang muta’allim adalah adab kepada mu’allim.

Seorang muta’allim harus memperhatikan agar tidak belajar saat hati mu’allim jenuh atau mungkin saat mu’allim tidak tenang, susah, bahagia, kelelahan, dan sebagainya. Karena hal-hal tersebut bisa mengganggu totalitas guru saat mengajar. Seorang muta’allim harus mengoptimalkan belajar saat mu’allim sedang semangat mengajar. Seorang Ulama’ pernah mengatakan “Optimalkanlah hidup semaksimal mungkin sebelum mati.”

Termasuk adab-adab muta’allim adalh hendaklah dia bersabar atas ketegasan dan keburukan akhlak guru. Di suatu shubuh Mbah Yai Kholil Bangkalan melihat ada seorang santrinya hendak berjalan untuk mandi. Mbah Kholil pun memanggil santri tersebut dan memukulnya dengan bakiak (sandal kayu) karena santri tersebut mimpi dengan disengaja.

Seorang muta’allim hendaklah menanggung sikap keras mu’allim kepadanya atau akhlaq buruk mu’allim. Seperti halnya saat mu’allim mengamuk kemudian muta’allim tidak boleh menganggap mu’allim berakhlaq buruk.

Suatu saat Abuya K.H Abdul Mun’im Syadzili sedang setor ke Mbah Yai Syadzili, lalu Abuya salah saat membaca “Subhanallahi wal Hamdulillah wa La ilaha illallahu Allahu akbar” dan Mbah Yai langsung meludahi Abuya. Itu bukan berarti Mbah Yai berakhlaq buruk tapi hanya sebatas perilaku. Seorang muta’allim harus memaafkan mu’allim dan bersabar. Seorang muta’allim harus paham kesalahan yang telah dilakukan. Kerasnya mu’allim kepada seorang muta’allim tidak mencegah untuk tetap meyakini kesempurnaan mu’allim.

 

Untuk penjelasan lebih lengkapnya dapat dilihat di channel youtube PPSQ Asy-Syadzili 1.

 

Kategori :Kuliah Abuya
Penulis :Almazy