At-Tibyan #43 | Memelihara Bacaan Al-Qur’an di Malam Hari (2)

  • By Sinwan
  • Kuliah Abuya
  • 11 months ago

At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an #43

Memelihara bacaan Al-Qur’an di malam hari (2)

 

Suatu hari ada seseorang yang masuk ke dalam Fustat (= dalam hal ini berarti kemah yang besar, juga sebuah nama ibu kota pertama Islam di Mesir) pada waktu malam hari, lazimnya untuk kelompok yang mendirikan sebuah kemah maka dalam diri orang-orang tersebut akan terdapat rasa ketakutan apabila suatu waktu perkemahan mereka diserang.

Tapi tidak dengan kemah yang satu ini, saat orang tersebut memasuki perkemahan tersebut maka yang ia dengarkan saat itu adalah suara orang-orang yang sedang beribadah, hingga saking banyaknya orang beribadah didalam kemah-kemah tersebut membuat suara mereka terdengar seperti dengungan lebah, orang-orang yang berada di kemah tersebut yakin bahwa mereka berada di bawah perlindungan Allah.

Diriwayatkan dari seorang teolog ternama zaman kekhalifahan Umayyah, Ibrahim An-Nakha’i, beliau berkata: “Bacalah Al-Qur’an pada waktu malam meskipun sekadar waktu memerah susu kambing.”

Diriwayatkan juga dari Yazid Ar-Raqasyi, beliau berkata: “Jika saya tertidur, lalu bangun dan kemudian tidur kembali maka sejatinya kedua mataku tidaklah tertidur.”

Beribadah di waktu malam lebih diunggulkan daripada ketika di waktu siang, hal itu disebabkan pada waktu malam kita lebih bisa berkonsentrasi dan berusaha untuk khusyu’, terjauhkan dari kesibukan-kesibukan duniawi, jauh dari hal-hal yang melalaikan kita dari ibadah, kita terjauhkan dari sifat riya’ dan dari hal-hal yang dapat membatalkan amal.

Alkisah terdapat seorang syeikh yang mengajak putranya bangun di malam hari untuk melaksanakan ibadah, ketika berjalan diantara orang-orang yang terlelap dalam tidurnya, putra syeikh berkata, “Betapa ruginya mereka malam-malam yang harusnya digunakan untuk beribadah tapi mereka malah tidur.”

“Aku menyesal telah mengajakmu bangun malam, kalau aku tahu kamu akan berkata demikian lebih baik aku membiarkanmu tidur.” Tutur syeikh. Mengapa demikian? Karena hal tersebut dapat menghilangkan amal kita sebab merasa lebih baik dibandingkan orang lain.

Syari’at Islam juga menyebutkan untuk menghidupkan kebaikan-kebaikan di waktu malam, seperti Isra’ Mi’raj yang dilakukan di waktu malam hari.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: “Ijabahnya Allah itu turun setiap malam ke langit yang paling dekat hingga lewat separuh malam.”

Ketika melewati setengah malam itu Allah berfirman bahwa adakah yang berdo’a di setengah malam ini? Dan maka beruntung bagi mereka yang berdo’a kepada Allah sebab mereka akan diijabahi oleh-Nya.

 

Untuk penjelasan lebih lengkap dapat dilihat di channel youtube PPSQ Asy-Syadzili 1.

Kategori :Kuliah Abuya
Penulis :Almazy