At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an #22
Adab Seorang Mu’allim atau Guru
Seyogyanya bagi seorang guru harus tetap menjaga akhlak ketika dihadapkan dengan barang-barang dunia yang bagus dan mewah, sebagaimana diterangkan oleh syariat.
Berakhlak dengan kebiasaan yang terpuji, kemudian watak-watak atau sifat-sifat yang di ridhoi dan telah di tunjukkan oleh Allah SWT.
Seorang mu’allim juga dianjurkan zuhud, namun zuhud disini bukan berarti tidak mau mencari dunia, tetapi mencari dunia dengan bertujuan akhirat. Seseorang yang tidak zuhud itu dari luar terlihat mencari akhirat tetapi dalam otaknya berisi hal-hal dunia. Jadi urusan zuhud itu ada di dalam batin atau hati, bukan urusan dzohir.
Kemudian seorang guru harus meminimalisir urusan dengan duniawi, tidak perlu menemui mereka yang ahli dunia.
Mu’allim juga harus berakhlak mulia, para ulama’ mendefinisikan akhlak mulia yaitu orang yang akhlaknya bagus lalu dengan siapapun dia diterima.
Adab seorang guru yang selanjutnya adalah selalu menunjukkan wajah yang sealalu ceria tetapi tanpa keluar dari batasan nafsu (maksudnya adalah mengumbar pesona), lalu tidak mengeluarkan suatu keputusan sebelum di pertimbangkan dan sabar.
Pun mu’allim harus menjauhi pekerjaan yang rendah (yang mendekati kepada barang yang haram), lalu menetapi sifat Wara’ yaitu menjauhi barang yang haram dan syubhat, menetapi Muru’ah (menjaga martabat) yaitu menjaga dari hal yang tidak pantas, membuat hidupnya menjadi tenang, berwibawa, tawadhu’ kepada siapapun, menjauhi tertawa berlebihan..
Dalam sebuah hadits dikatakan: “Janganlah kamu meperbanyak tertawa, karena memperbnyak tertawa itu bisa mematikan hati.”
Contoh seperti ini, di pengajian itu selain berceramah seorang muballigh juga memperbanyak bercanda dan membuat tertawa para jama’ah, nanti hasilnya sama saja, muballigh tersebut menghidupkan hati tetapi di sisi lain muballigh tersebut juga membuat mati hati para jama’ah. Jadi ketika pengajian atau mengajar sebaiknya tertawanya di minimalisir saja.
Kemudian menetapi kegiatan menghilangkan sesuatu yang kotor atau yang tidak rapi, seperti membersihkan kotoran dan memotong kuku, merapikan kumis dan jenggot, dan sebagainya. Lalu menghilangkan bau-bau yang tidak di senangi dan juga menghindari memakai pakaian-pakaian yang di makruhkan seperti memakai celana jeans atau memakai topi dengan terbalik, dan lain-lain.
Dan seorang guru menghindari sifat hasud, riya’(pamer), sombong, dan jangan sampai meremehkan atau merendahkan orang lain meskipun orang itu berada di bawah derajat nya, lalu seorang guru harus muroqobah (selalu merasa di awasi oleh Allah SWT baik dalam keadaan sendiri maupun banyak orang) dan juga pegangan seorang guru atau andalannya adalah Allah SWT.
Untuk penjelasan lebih lengkapnya dapat dilihat di channel youtube PPSQ Asy-Syadzili 1.